Perkenalkan aku Parjo. Aku adalah seorang satpam di sebuah perumahan di
daerah ciputat. Ini adalah pengelamanku melakukan hubungan seks dengan
salah satu Ibu-ibu penghuni perumahan tersebut. Perempuan itu bernama
Rina. Rina dan suaminya yang baru saja menikah, hendak menempati
perumahan tersebut. Sejak awal aku melihatnya, aku sudah menyukai
perempuan itu. Perumahan yang saya jaga itu memang termasuk perumahan
baru.
Jadi penghuninya pun sedikit sekali. Rina termasuk satu-satunya
perempuan yang paling menarik yang pernah saya lihat di perumahan
tersebut. Kulitnya yang putih mulus, parasnya yang sekilas mirip dengan
Dina Olivia, dan tubuhnya yang langsing tapi berpayudara ukuran 34C
tersebut, membuat dia sering menjadi objek onaniku. Dan satu hal yang
membuat aku jadi tambah penasaran dengannya adalah, karena dia memakai
******. Aku sangat ingin sekali bisa merasakan bersetubuh dengannya.
Sampai akhirnya saat itupun tiba.
Suami Rina mendapatkan tugas kerja ke Australia untuk beberapa minggu.
Oleh akrena itu, ia pun tinggal sendirian di rumah tersebut. Suatu hari,
ia hendak berangkat untuk kerja ke kantornya. Sebelum meninggalkan
kompleks perumahan, ia sempat mampir sebentar ke pos jagaku.
"Assalamualaikum, pak Parjo. Maaf mengganggu" ujarnya
"Oh, nggak apap bu. Ada apa yah, Bu?" balasku sambil menanyainya
"Begini Pak, bapak tahu tukang ledeng yang murah nggak pak, di sekitar
eprumahan ini? Soalnya, tadi pipa air di rumah saya bocor." tanyanya
"Tukang ledeng? Wah, kalo tukang ledeng mah nggak ada, Bu. Cuman saya, bisa kok betulin pipa air bocor." jawabku
"Oh, kebetulan kalo gitu. Bapak bisa dateng jam 8 malam nanti nggak?
Saya pengen Bapak betulin pipanya itu, pak. Nanti kalo nggak bisa
dibetulin, saya nggak bisa mandi lagi." tanyanya kembali
"Oh, boleh Bu, boleh. Kebetulan jam segitu, saya juga sudah selesai jaga." balasku kembali
"Oh, terima kasih banyak yah, Pak. saya berangkat dulu deh kalo gitu. Wassalamualaikum" ujarnya
"Walaikumsalam". balasku
Setelah itu, akupun langsung menyiapakn segala hal. Untuk memancing
prhatiannya, aku hanya memakai singlet dan celana jeans saja. Aku hendak
emembasahi singletku itu nantinya. Aku tahu ia pasti ingin sekali bisa
memandangi tubuh seorang ellaki. Terutama karena ia sudah ditinggali
suaminya selama 5 hari. Akhirnya jam 8 pun datang juga. Akupun langsung
berangkat ke rumahnya.
Ternyata ia sudah berada di rumahnya. On-time juga orang ini, pikirku. Akupun langsung mengetok pintu rumahnya.
"Assalamualaikum" ujarku dari luar
"Walaikumsalam, eh Pak Parjo toh, silahkan masuk pak." balasnya sambil membuka pintu
"Dimana Bu, letak pipanya?" tanyaku
"Di belakang dapur, pak. Terimakasih banyak yah pak". balasnya
"Ah, tidak apa-apa Bu." balasku kembali
"Oh iya, saya mau angkat cucian dulu yah, Pak. Kalo mau ambil minum, nggak usah sungkan-sungkan. Langsung ambil saja." ujarnya
"Baik,Bu. Terima aksih. ya sudah, saya ke dapur dulu yah, Bu."
Sesampainya di dapur, akupun mulai bekerja. Ternyata, pipanya tidak
mengalami kerusakan. Hanya terlepas saja. Setelah itu, aku ambil minum
di dispenser. Sebagian aku minum, sebgaian lagi aku tumpahkan ke dadaku.
Nah, sekarang singletku sudah basah. Lalu akupun menghampiri Rina di
tempat cuci. Aku hendak memberitahukannya bahwa pipanya sudah selesai
aku perbaiki, sekalian aku ingin tunjuki tumpahan air tersebut.
"Maaf Bu, pipanya sudah selesai saya perbaiki."
"Oh etrimakasih pak. Loh, kok baju bapak basah semua begitu."
"Oh ini, tadi kena semprotan air pipa."
"Ayo ganti aja pak. Entar masuk angin loh"
"Oh nggak suah Bu, nggak Papa. Saya ganti di rumah aja deh. Tapi, saya buka disini yah Bu."
Akupun membuka singletku. Aku bisa merasakan sedikit raut muka kaget sekaligus mau di wajahnya.
"Oh ya sudah Pak. Tapi kalo Bapak pengen....
Belum selesai dia bicara aku langsung memeluknya, dan mencumbumnya dengan liar.
"Mmmh...Pak, tolong, Pak, mmmhhh...jangan, Pak!"
"Sudahlah, Bu. Saya tahu, Ibu kesepian."
"Tapi Pak,s aya, saya sudah berkeluarga...mmmhhh.mmmhhh.mmmhhh...ahh"tiba-tiba ia menamparku
"Kontan aku kaget dengan eprbuatannya itu, dan akupun melepaskan
pelukanku. Setelah itu, dia pun lari menuju kamar atas. Aku pun
buru-buru mengejarnya, dan mendekapnya kembali.
"Pak, tolong Pak. Bapak boleh ambil apa saja, tapi tolong jangan perkosa saya."
"Jangan munafik kamu! Saya tahu kuma juga sudah nggak sabar buat ngerasain ****** lagi kan? Ayolah, akui saja, Bu!"
"Pak, ini dosa Pak!"
"Sudahlah, nikmati saja!" akupun menggendongnya ke kamarnya sambil
mencumbunya dengan liar. Tampak perlahan-lahan pertahanannya sudah mulai
merenggang. Erangan tolkannya sudah mulai sedikit hilang.
Sesampainya di kamarnya, aku mulai membuka bajunya dan ******nya.
Waooow, tubuhnya benar-benar terlihat fantastis dan sangat menggoda
sekali saat itu. Ia memakai bra berwarna merah dan berenda. Akupun
langsung menindih tubuhnyda mencumbunya sambil tangan kiriku membuka
celana dalamnya. Ia mulai terlihat menikmatyi permainanku tersebut. Oleh
karena itu, aku pun perlahan-lahan mulai merenggangkan tindihan tubuhku
di atas tubuhnya. Tangan kanaku pun langsung membuka celanaku, sambil
tangan kiriku masih memgang ekdua tangannya. Tiba-tiba ia berkata:
"Pak, saya mau melakukannya. Tapi Bapak jangan bilang ke siapa-siapa yah"
"Okey, nona manis. Nah, sekarang. Tolong dong, hisap kontolku itu. Ayo
dong, kontolku sudah nggak tahan pengen dihisap sama mulut mungilmu itu
Ia pun mulai mengisap kontplku. sapannya bener2 nikmat banget.
Pertama-tama ia jilati dulu kepala kontolku. Sekalian dengan lubang
kencingnya, lalu sambil meremas-remas buah zakarku, ia mulai menurnkan
mulutnya ke batangku senti per senti.
"Aah...yeahh...ohhh...teruskan, Rin!" ujarku sambil merem-melek dan menjambak-jambak rambutnya
Ia terus menghisap-hisap kontolku selama 15 menit. Sampai akhirnya aku
pun berkata kepadanya bahwa aku ingin menjilatyi memeknya. Ia pun
menyarankan posisi 69. Karena, ia ilang ia masih belum puas mengisap
kontolku yang pannjangnya 17 cm itu.
Akhirnya kami pun pindah ke posisi 69. Tanpa basa-basi lagi, aku
langsung melahap memeknya yang tidak berbulu itu. Kujilat-jilat memeknya
selama 10 menit-an, sambil sesekali kutususk-tusuk dengan jari
tengahku. Tak lupa kujilat=jilat juga klitorisnya. Sayang sekali aku
tidak bisa melihat ekspresinya ketika aku menjilati memeknya tersebut.
Tapi tampaknya dia menjadi tidak konesn dengan sepongannya di kontolku.
Sudah pasti karena dia kenikmatan dengan jilatanku.
"Ahh...mmmh...pak, enak...ahhh....banget!!!Terusin pak....mmmhhh!"sambil kembali menyepong kontolku.
Slenag beberapa menit kemudian, kusuruh dia untuk berhenti menyepongku,
dan menungging membelakangiku. Aku hendak melakukan gaya doggy-style.
Tanpa basa-basi, langsung aku tusuk memeknya. Tapi ternyata, susah
sekali untuk kontolku amsuk ke memeknya.
"Wah, jangan-jangan lo belum eprnah dientot yah sama suami lo sendiri?" tanyaku sambil melumuri memeknya dengan air liurku.
"Saya sudah lama tidak melakukan ini Pak." jawabnya
Akhirnya memeknya pun mulai terbuka sedikit. Akupun langsung memasukkan kontolku. Tetapi, Rina langsung ebrteriak kesakitan
"Ahh! Pak, sakit! Pelan-pelan dong!" serunya
Karena ternyata masih belum muat untuk aku masuki, akupun kembali
menjilati memeknya. Sambil kontolku aku lumuri dengan air liurku.
"Ahh..Pak, ohh..Pak, saya sudah siap Pak..ahh...ayo, silahkan masukin Pak!" pintanya tanpa malu-malu.
"Ha,ha,ha! Tadi bilangnya lo kagak pengen ngelakuin? Lo bilang ini dosa!
Huh, mang dasar munafik lo! Kalo pengen bilang aja! Jangan pura-pura!"
balasku sambil kembali memasuki kontolku. Pelan-pelan tapi pasti
"Ahh! Pak, sakk..it!" teriaknya kembali
Tapi aku sudah tidak peduli sama sekali dengan teriakannya tersebut. Aku
kembali memasuki kontolku. Setiap senti masukan, teriakan Rina semakin
kencang. Setelah akhirnya masuk semua, aku mulai menggenjotnya
perlahan-lahan.
"Ahh..ahh...sakit..ahh...ahh......ohh!" perlahan-lahan teriakan-teriakan
kesakitannya berubah menjadi erangan kenikmatan. Oleh akrena itu,
akupun mulai memeprcepat genjotanku
"Ohh...ahh...gila...memek lo enak banget! Gila, dah lama gue kagak
nikmatin memek seenak ini!" racau gue. Sambil mengentotinya, gue pun
juga meremas-remas teteknya yang putih mulus itu.
"Pak, ooh, pak, saya mau keluar!Ohhhhhhh........!" teriaknya. Tapi aku
sama sekali tidak memperdulikan hal itu, aku tetap menggenjotnya. Sambil
menggenjotnya, aku tarik rambutnya dan kuarahkan wajahnya yang tampak
kelelahan itu untuk aku cumbu.
Aku terus mengewenya dengan gaya itu selama 5 menit-an. Setelah itu, aku melepas kontolku dulu.
Rina langsung menelantangkan badannya setelah itu.
"Gimana, Rin? kecapekan yah? Padahal , gue belum keluar nih" ujarku sambil ikut terlentang di sebelahnya.
"Pak, kita istirahat dulu deh. Saya mau minum dulu." ujarnya dengan napas terngah-engah.
"Oh yaudah kalo gitu. Biar gue yang ambilin yah." tawarku.
"Ya sudah Pak, termiakasih pak. saya biar ke kamar mandi dulu. Mau buang
air kecil.: ujarnya sambil melangkahkan kakinya ke lantai bawah
Aku pun juga langsung bergegas mengikutinya ke bawah untuk mengambilkan
minum untuknya dan juga diriku. Tiba-tiba, aku melihat handycam di ruang
tamu. Aku langsung timbul ide setan untuk merekam ronde kedua ML-ku
dengannya nanti. Pas aku cek, kebetulan di dalam handy-cam itu masih ada
kaset kosongnya. Langsung saja aku ambil handycam tersebut dan
membawanya keatas. Kebetulan Rina masih berada di dalam kamar mandi,
jadi aku ada waktu untuk menaruh handycam itu ketempat yang pas
Sesampainya di atas, kusembunyikan handycam itu di antara tumpukan
buku-buku yang berada di atas lemari bajunya. Tempat itu sangat pas
sekali untuk menyembunyikan handy-cam tersebut. Setelah itu, aku
langsung duduk kembali di tempat tidur. Sambil menyalakan TV. Tepat
ketika aku sedang menyalakan TV, Rina kembali dari kamar mandi.
"Rin, lo punya film bokep gak?" tanyaku
"Ada sih Pak, koleksi suami. Ada di kardus di sebelah TV tuh." jawabnya
Akupun langsung membuka kardus tersebut. Kutemukan banyak sekali
film-film bokep di dalamnya. Tapi ada satu judul film yang pas sekali
dengan pengalamanku saat itu. Judul film itu adalah: "Cheating
Housewives". Benar-ebnar sebuah judul yang ironis sekali. Tak terbayang
bagaimana reaksi suami Rina, ketika Istrinya sendiri juga melakukan hal
yang sama dengan wanita di film tersebut.
"Kita nonton dulu yuk. Buat, perangsang aja. Apalagi, lo kayaknya masih kecapekan tuh." ujarku
"Ya sudah deh, Pak. Boleh-boleh aja." balasnya
"Sstt..mulai sekarang, panggil aja gue Parjo. Atau kalu lo mau yang
lebih emsra, panggil abang, atau akang juga boleh. He3,he,he..."ujarku
sambil mengelus-elus wajahnya kemudian mencium keningnya
Rina hanya tersenyum-senyum saja mendengar ucapanku tadi. Lalu akupun
langsung menyalakan DVD player untuk menonton film itu. Aku menonton
film itu sambil bersender di tembok. Rina berada di sampingku sambil
bersandar di dadaku. Aku elus-elus rambutnya yang halus dan panjang itu.
Film itu benar-benar hot sekali. Adegan pertama menceritakan Istri yang
berselingkuh dengan supir pribadinya saat Suaminya telah berangkat
kerja. Istri itu pertama-tama meminta sang supir untuk mengantarnya
berbelanja. Pada saat perjalanan pulang, sang istri menggoda sang supir
dan meremas ****** sang supir. Akhirnya, mereka pun menepi di suatu
jalan sepi, dan melakukan persetubuhan di dalam mobil.
Setelah itu, film bokep itu pun berganti ke adegan-adegan lainnya yang
jalan ceritanya berbeda, serta emmakai tokoh yang berbeda pula. Ada yang
melakukan perselingkuhan di kebun belakang rumah, gudang rumah, bahkan
sampai di garasi rumah. Rina sempat terlihat risih melihat film itu,
meskipun aku tahu bahwa dia pun juga terangsang waktu melihatnya.
Kulihat puting payudaranya sudah mulai menegang kembali. Aku pun
langsung memilin-milin putingnya dengan lembut. Ternyata pilinanku itu
berhasil membuatnya tambah terangsang.
"Jo, kayaknya....saya...mmmhhh..." ujarnya tanpa sempat mengakhiri kalimatnya
Aku sendiri pun juga sudah mulai merasa terangsang kembali. Kulihat
kontolku sudah mulai tegang. Langsung kuambil tagangan kanan Rina dan
kususruh dia untuk mengocok kontolku. Rina mulai mengocok kontolku
secara perlahan-lahan sambil aku terus meilin-milin putingnya.Sambil
melakukan itu, aku juga mencumbui bibirnya kembali. Kami melakukan
foreplay tersebut selama 9 menit. Seetlah itu, aku mulai melepas
cumbuanku di bibir Rina, dan aku mulai mengehntikan kegiatan
memilin-milin puting payudaranya tersebut.
Aku menyuruh Rina untuk melakukan gaya entot "Woman on Top". Rina pun
langsung mengikuti perintahku tersebut. Perlahan-lahan, dia mulai
mengarahkan kontolku ke memeknya yang sudah mulai menyempit kembali.
Tapi kali ini, tidak ada kesulitan dalam memasukkan kontolku ke
memeknya. Seetlah batangku masuk, Rina pun mulai menggenjot tubuhnya
perlahan-lahan
"Ooohhh...mmmhhh....yeahh..." gumam Rina keenakan
"Yeeeahh...bagus, Rin. Terusin....ohhh..."balasku sambil merem-melek.
Rina mulai menggenjot dengan kencang. Sambil menikmati genjotan Rina,
akupun mulai mengerjai kedua payudaranya. Tanganku yang kiri sibuk
meremas-rema payudaranya yang kiri, sedangkan tanganku yang kanan
mengisap-isap payudaranya yang kanan sambil bergantian.
"Ahhh....ohhh.enak....enakkk...Jo...!" teriaknya keenakan
Kami terus melakukan posisi itu selama 15 menit. Setelah itu, aku hendak
melakukan posisi cowgirl. Aku langsung mnyuruh Rina untuk duduk di atas
pangkuanku. Kulihat posisi itu perfect sekali karena berhadapan
langsung dengan lemari tempat aku menaruh handy-cam tadi Kami berdua
melakukannya di kursi meja rias Rina. Dengan posisi Rina menghadapi
cermin.
"Rin, kamu genjot lagi yah." pintaku.
"Okey deh" balas Rina
Rina pun mulai menggenjot tubuhnya.
"Ahh...ohhh...eah...ahhh..." teriak Rina tanpa hentinya
"ohh..Rin..ohh...enaknya, Rin!" balasku juga
Kami terus melakukan posisi itu selama 20 menit.
"Ohhh...Gue mau keluar Rin!" ujarku
"Sebentar-sebntar, biar gue lepas dulu." balas Rina. Setelahh itu, aku
pun langsung mengocok-ngocok kontolku di depan mukanya, sambil Rina
membantu meremas-remas buah zakarku
"OHHHH!Rin,...ahh!" teriakku. Akhirnya keluarlah cairan spermaku itu. Aku menumpahkannya di payudara Rina.
Rina pun langsung memebrsihkan badannya ke kamar mandi setelah itu. Aku
langsung mengeluarkan kaset yang ada di dalam handycam dan membawanya
pulang. Petualanganku bersetubuh dengan Rina belum berakhir sampai
disitu.