Cerita Sex - Dosen dengan Mahasiswi
- Kisah sex unikku ini terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada
akhir semester 3. Saat itu adalah detik-detik menjelang Ujian Akhir
Semester (UAS). Seperti biasanya, beberapa hari sebelum dimulainya UAS
nama-nama mahasiswa yang tidak diperbolehkan ikut ujian karena berbagai
sebab seperti over absen, telat pembayaran, dsb tertera di papan
pengumuman di depan ruang TU fakultas. Hari itu diriku dibuat shock
dengan tercantumnya namaku di daftar cekal salah satu mata kuliah
penting, 3 SKS pula.
Diriku sangat
bingung disana tertulis absenku sudah empat kali, melebihi batas
maksimum tiga kali, apakah diriku salah menghitung, padahal di agendaku
setiap absenku kucatat dengan jelas diriku hanya tiga kali absen di
mata kuliah itu. Akupun complain masalah ini dengan dosen yang
bersangkutan yaitu Pak Qadar, seorang dosen yang cukup senior di
kampusku, beliau berumur pertengahan 40-an, berkacamata dan sedikit
beruban, tubuhnya pendek kalau dibanding denganku hanya sampai sedagu.
Diajar olehnya memang enak dan mengerti namun beliau agak cunihin,
karena suka cari-cari kesempatan untuk mencolek atau bercanda dengan
mahasiswi yang cantik pada jam kuliahnya termasuk juga diriku pernah
menjadi korban kecunihinannya. Karena sudah senior dan menjabat kepala
jurusan, beliau diberi ruangan seluas 5×5 meter bersama dengan Bu Hany
yang juga dosen senior merangkap wakil kepala jurusan. Kuketuk pintunya
yang terbuka setelah seorang mahasiswa yang sedang bicara padanya
pamitan. “Siang Pak !” sapaku dengan senyum dipaksa “Siang, ada perlu
apa ?” “Ini Pak, saya mau tanya tentang absen saya, kok bisa lebih
padahal dicatatan saya cuma tiga…” demikian kujelaskan panjang lebar dan
beliau mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya. Beberapa menit beliau
meninggalkanku untuk ke TU melihat daftar absen lalu kembali lagi
dengan map absen di tangannya.
Ternyata
setelah usut punya usut, diriku tertinggal satu jadwal kuliah tambahan
dan cerobohnya diriku juga lupa mencatatnya di agendaku. Dengan
memohon belas kasih diriku memelas padanya supaya ada keringanan atau
keringanan. “Aduhh…tolong dong pak, soalnya gak ada yang memberitahu
saya tentang yang tambahan itu, jadi saya juga gak tau pak, bukan salah
saya semua doDiang pak” “Tapi kan dik, anda sendiri harusnya tahu
kalau absen yang tiga sebelumnya anda bolos bukan karena sakit atau apa
kan, seharusnya untuk berjaga-jaga anda tidak absen sebanyak itu dong
dulu” Beberapa saat diriku tawar menawar dengannya namun ujung-ujungnya
tetap harga mati, yaitu diriku tetap tidak boleh ujian dengan kata
lain diriku tidak lulus di mata kuliah tersebut. Kata-kata terakhirnya
sebelum diriku pamit hanyalah “Ya sudah lah dik, sebaiknya anda ambil
hikmahnya kejadian ini supaya memacu anda lebih rajin di kemudian hari”
dengan meletakkan tangannya di bahuku. Dengan lemas dan pucat diriku
melangkah keluar dari situ dan hampir bertabrakan dengan Bu Hany yang
menuju ke ruangan itu.
Dalam perjalanan
pulang dimobil pun pikiranku masih kalut sampai mobil di belakangku
mengklaksonku karena tidak memperhatikan lampu sudah hijau. Hari itu
diriku habis 5 batang rokok, padahal sebelumnya jarang sekali diriku
mengisapnya. Diriku sudah susah-susah belajar dan mengerjakan tugas
untuk mata kuliah ini, juga nilai UTS ku 8,8, tapi semuanya sia-sia
hanya karena ceroboh sedikit, yang ada sekarang hanyalah jengkel dan
sesal. Sambil tiduran diriku memindah-mindahkan chanel parabola dengan
remote, hingga sampailah diriku pada chanel TV dari Taiwan yang
kebetulan sedang menayangkan film semi. Terlintas di pikiranku sebuah
cara gila, mengapa diriku tidak memanfaatkan sifat cunihinnya itu untuk
menggodanya, diriku sendiri kan penggemar seks bebas. Cuma cara ini
cukup besar taruhannya kalau tidak kena malah diriku yang malu, tapi
biarlah tidak ada salahnya mencoba, gagal ya gagal, begitu pikirku.
Diriku
memikirkan rencana untuk menggodanya dam menetapkan waktunya, yaitu
sore jam 5 lebih, biasanya jam itu kampus mulai sepi dan dosen-dosen
lain sudah pulang. Diriku cuma berharap saat itu Bu Hany sudah pulang,
kalau tidak rencana ini bisa tertunda atau mungkin gagal. Keesokan
harinya diriku mulai menjalankan rencanaku dengan berdebar-debar.
Kupakai pakaianku yang seksi berupa sebuah baju tanpa lengan berwarna
biru dipadu dengan rok putih menggantung beberapa senti diatas lutut,
gilanya adalah dibalik semua itu diriku tidak memakai bra maupun celana
dalam. Tegang juga rasanya baru pertama kalinya diriku keluar rumah
tanpa pakaian dalam sama sekali, seperti ada perasaan aneh mengalir
dalam diriku. Birahiku naik membayangkan yang tidak-tidak, terlebih
hembusan AC di mobil semakin membuatku bergairah, udara dingin
berhembus menggelikitik kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa. Karena
agak macet diriku baru tiba di kampus jam setengah enam, kuharap Pak
Qadar masih di kantornya. Kampus sudah sepi saat itu karena saat
menjelang ujian banyak kelas sudah libur, kalaupun masuk paling cuma
untuk pemantapan atau kuis saja. Diriku naik lift ke tingkat tiga.
Seorang karyawan dan dua mahasiswa yang selift denganku mencuri-curi
pandang ke arahku, suatu hal yang biasa kualami karena diriku sering
berpakaian seksi cuma kali ini bedanya diriku tidak pakai apa-apa di
baliknya. Entah bagaimana reaksi mereka kalau tahu ada seorang gadis di
tengah mereka tidak berpakaian dalam, untungnya pakaianku tidak terlalu
ketat sehingga lekukan tubuhku tidak terjiplak.
Akupun
sampai ke ruang beliau di sebelah lab. bahasa dan kulihat lampunya
masih nyala. Kuharap Bu Hany sudah pulang kalau tidak sia-sialah
semuanya. Jantungku berdetak lebih kencang saat kuketuk pintunya.
“Masuk !” sahut suara dari dalam “Selamat sore Pak !” “Oh, kamu Citra
yang kemarin, ada apa lagi nih ?” katanya sambil memutar kursinya yang
menghadap komputer ke arahku. “Itu…Pak mau membicarakan masalah yang
kemarin lagi, apa masih ada keringanan buat saya” “Waduh…kan bapak udah
bilang dari kemarin bahwa tanpa surat opname atau ijin khusus, kamu
tetap dihitung absen, disini aturannya memang begitu, harap anda
maklum” “Jadi sudah tidak ada tawar-menawar lagi Pak ?” “Maaf dik,
bapak tidak bisa membantumu dalam hal ini” “Begini saja Pak, saya punya
penawaran terakhir untuk bapak, saya harap bisa menebus absen saya
yang satu itu, bagaimana Pak ?” “Penawaran…penawaran, memangnya pasar
pakai tawar-menawar segala” katanya dengan agak jengkel karena diriku
terus ngotot.
Tanpa
pikir panjang lagi diriku langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu
berjalan ke arahnya dan langsung duduk diatas meja tepat disampingnya
dengan menyilangkan kaki. Tingkahku yang nekad ini membuatnya salah
tingkah. Selagi Pak Qadar masih terbengong-bengong kuraih tangannya dan
kuletakkan di betisku. “Ayolah Pak, saya percaya bapak pasti bisa
nolongin saya, ini penawaran terakhir saya, masa bapak gak tertarik
dengan yang satu ini” godaku sambil merundukkan badan ke arahnya
sehingga Pak Qadar dapat melihat belahan payudaraku melalui leher
bajuku yang agak rendah. “Dik…kamu-kamu ini….edan juga…” katanya
terpatah-patah karena gugup Wajahku mendekati wajahnya dan berbisik
pelan setengah mendesah : “Sudahlah Pak, tidak usah pura-pura lagi,
nikmati saja selagi bisa” Beliau makin terperangah tanpa mengedipkan
matanya ketika diriku mulai melepaskan kancing bajuku satu-persatu
sampai kedua payudaraku dengan puting pink-nya dan perutku yang rata
terlihat olehnya. Tanpa melepas pandangannya padaku, tangannya yang
tadinya cuma memegang betisku mulai merambat naik ke paha mulusku
disertai sedikit remasan.
Kuturunkan
kakiku yang tersilang dan kurenggangkan pahaku agar beliau lebih
leluasa mengelus pahaku. Dengan setengah berdiri beliau meraih
payudaraku dengan tangan yang satunya, setelah tangannya memenuhi
payudaraku Pak Qadar meremasnya pelan diiringi desahan pendek dari
mulutku. “Dadamu bagus juga yah dik, kencang dan montok” pujinya Beliau
lalu mendekatkan mulutnya ke arah payudaraku, sebuah jilatan menyapu
telak putingku disusul dengan gigitan ringan menyebabkan benda itu
mengeras dan tubuhku bergetar. Sementara tangannya yang lain merambah
lebih jauh ke dalam rokku hingga akhirnya menyentuh pangkal pahaku.
Beliau berhenti sejenak ketika jari-jarinya menyentuh kemaluanku yang
tidak tertutup apa-apa “Ya ampun dik, kamu tidak pakai dalaman apa-apa
ke sini !?” tanyanya terheran-heran dengan keberanianku “Iyah pak,
khusus untuk bapak…makanya bapak harus tolong saya juga” Tiba-tiba
dengan bernafsu Pak Qadar bentangkan lebar-lebar kedua pahaku dan
menjatuhkan dirinya ke kursi kerjanya.
Matanya
seperti mau copot memandangi kemaluanku yang merah merekah diantara
bulu-bulu hitam yang lebat. Sungguh tak pernah terbayang olehku diriku
duduk diatas meja mekakangkan kaki di hadapan dosen yang kuhormati.
Sebentar kemudian lidah Pak Qadar mulai menjilati bibir kemaluanku
dengan rakusnya. Lidahnya ditekan masuk ke dalam kemaluanku dengan satu
jarinya mempermainkan klitorisku, tangannya yang lain dijulurkan ke
atas meremasi payudaraku. “Uhhh…!”
diriku benar-benar menikmatinya, mataku terpejam sambil menggigit
bibir bawah, tubuhku juga menggelinjang oleh sensasi permainan lidah
beliau. Diriku mengerang pelan meremas rambutnya yang tipis, kedua paha
mulusku mengapit erat kepalanya seolah tidak menginginkannya lepas.
Lidah itu bergerak semakin liar menyapu dinding-dinding kemaluanku,
yang paling enak adalah ketika ujung lidahnya beradu dengan klitorisku,
duhh…rasanya geli seperti mau ngompol. Butir-butir keringat mulai
keluar seperti embun pada sekujur tubuhku.
Setelah membuat
vaginaku basah kuyup, beliau berdiri dan melepaskan diri. Pak Qadar
membuka celana panjang beserta celana dalamnya sehingga ‘burung’ yang
daritadi sudah sesak dalam sangkarnya itu kini dapat berdiri dengan
dengan tegak. Digenggamnya benda itu dan dibawa mendekati vaginaku
“Bapak masukin sekarang aja yah Dik, udah ga sabar nih” “Eiit…bentar
Pak, bapak kan belum ngerasain mulut saya nih, dijamin ketagihan deh”
kataku sambil meraih penisnya dan turun dari meja Kuturunkan badanku
perlahan-lahan dengan gerakan menggoda hingga berlutut di hadapannya.
Penis dalam genggamanku itu kucium dan kujilat perlahan disertai
sedikit kocokan. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya
setiap kali lidahku menyapunya. Sekarang kubuka mulutku untuk
memasukkan penis itu. Hhmm….hampir sedikit lagi masuk seluruhnya tapi
nampaknya sudah mentok di tenggorokanku. Boleh juga penisnya untuk
seusia beliau, walaupun tidak seperkasa orang-orang kasar yang pernah
ML denganku, miliknya cukup kokoh dan dihiasi sedikit urat, bagian
kepalanya nampak seperti cendawan berdenyut-denyut. Dalam mulutku penis
itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala
penisnya. Sesekali diriku melirik ke atas melihat ekspresi wajah beliau
menikmati seponganku.
Berdasarkan
pengalaman, sudah banyak cowok kelabakan dengan oral sex-ku, mereka
biasa mengerang-ngerang tak karuan bila lidahku sudah beraksi pada
penis mereka, Pak Qadar pun termasuk diantaranya. Beliau mengelus-elus
rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan
sapu tangan. Namun ada sedikit gangguan di tengah kenikmatan. Terdengar
suara pintu diketuk sehingga kami agak panik. Pak Qadar buru-buru
menaikkan kembali celananya dan meneguk air dari gelasnya. Diriku
disuruhnya sembunyi di bawah meja kerjanya. “Ya…ya…sebentar tanggung
ini hampir selesai” sahutnya membalas suara ketukan Dari bawah meja
diriku mendengar beliau sudah membuka pintu dan berbicara dengan
seseorang yang diriku tidak tahu. Kira-kira tiga menitan mereka
berbicara, Pak Qadar mengucapkan terima kasih pada orang itu dan
berpesan agar jangan diganggu dengan alasan sedang lembur dan banyak
pekerjaan, lalu pintu ditutup. “Siapa tadi itu Pak, sudah aman belum ?”
tanyaku setelah keluar dari kolong meja “Tenang cuma karyawan
mengantar surat ini kok, yuk terusin lagi Dik” Lalu dengan cueknya
diriku melepaskan baju dan rokku yang sudah terbuka hingga telanjang
bulat di hadapannya.
Diriku
berjalan ke arahnya yang sedang melongo menatapi ketelanjanganku,
kulingkarkan lenganku di lehernya dan memeluknya. Dari tubuhnya tercium
aroma khas parfum om-om. Beliau yang memangnya pendek terlihat lebih
pendek lagi karena saat itu diriku mengenakan sepatu yang solnya tinggi.
Kudorong kepalanya diantara kedua gunungku, beliau pasti keenakan
kuperlakukan seperti itu. Tiba-tiba diriku meringis dan mendesis karena
diriku merasakan gigitan pada puting kananku, beliau dengan gemasnya
menggigit dan mencupangi putingku itu, giginya digetarkan pada bulatan
mungil itu dan meninggalkan jejak disekitarnya. Tangannya mengelusi
punggungku menurun hingga mencengkram pantatku yang bulat dan padat.
“Hhmm…sempurna sekali tubuhmu ini dik, pasti rajin dirawat ya” pujinya
sambil meremas pantatku. Diriku hanya tersenyum kecil menanggapi
pujiannya lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku yang sebelah,
beliaupun melanjutkan menyusu dari situ. Kali ini Pak Qadar menjilati
seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu diemut dan dihisap
kuat-kuat. Tangannya dibawah sana juga tidak bisa diam, yang kiri
meremas-remas pantat dan pahaku, yang kanan menggerayangi vaginaku dan
menusuk-nusukkan jarinya di sana. Sebagai respon diriku hanya bisa
mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak
sehingga walaupun ruangan ini ber-AC, keringatku tetap menetes-netes.
Mulutnya
kini merambat naik menjilati leher jenjangku, beliau juga mengulum
leherku dan mencupanginya seperti Dracula memangsa korbannya.
Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah selama beberapa
hari. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku dimana lidah kami
saling beradu dengan liar. Lucunya karena Pak Qadar lebih pendek,
diriku harus sedikit menunduk untuk bercumbuan dengannya. Sambil
berciuman tanganku meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu.
Setelah tiga menitan karena merasa pegal lidah dan susah bernafas kami
melepaskan diri dari ciuman. “Masukin aja sekarang yah Pak…saya udah
gak tahan nih” pintaku sambil terus menurunkan resleting celananya.
Namun belum sempat diriku mengeluarkan penisnya, Pak Qadar sudah
terlebih dulu mengangkat tubuhku. Wow, pendek-pendek gini kuat juga
ternyata, Pak Qadar masih sanggup menggendongku dengan kedua tangan
lalu diturunkan diatas meja kerjanya. Pak Qadar berdiri diantara kedua
belah pahaku dan membuka celananya, tangannya memegang penis itu dan
mengarahkannya ke vaginaku. Tangan kananku meraih benda itu dan
membantu menancapkannya. Perlahan-lahan batang itu melesak masuk
membelah bibir vaginaku hingga tertanam seluruhnya. “Ooohhh….!” desahku
dengan tubuh menegang dan mencengkram bahu Pak Qadar. “Sakit dik ?”
tanyanya Diriku hanya menggeleng walaupun rasanya memang agak nyeri,
tapi itu cuma sebentar karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat,
ya nikmat yang semakin memuncak.
Diriku
tidak bisa tidak mendesah setiap kali beliau menggenjotku, tapi diriku
juga harus menjaga volume suaraku agar tidak terdengar sampai luar,
untuk itu kadang diriku harus menggigit bibir atau jari. Beliau semakin
cepat memaju-mundurkan penisnya, hal ini menimbulkan sensasi nikmat
yang terus menjalari tubuhku. Tubuhku terlonjak-lonjak dan tertekuk
sehingga payudaraku semakin membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak
disia-siakan beliau yang langsung melumat yang kiri dengan mulutnya dan
meremas-remas yang kanan serta memilin-milin putingnya. Tak lama
kemudian diriku merasa dunia makin berputar dan tubuhku menggelinjang
dengan dahsyat, diriku mendesah panjang dan melingkarkan kakiku lebih
erat pada pinggangnya. Cairan bening mengucur deras dari vaginaku
sehingga menimbulkan bunyi kecipak setiap kali beliau menghujamkan
penisnya. Beberapa detik kemudian tubuhku melemas kembali dan
tergeletak di mejanya diantara tumpukan arsip-arsip dan alat tulis.
Diriku hanya bisa mengambil nafas sebentar karena beliau yang masih
bertenaga melanjutkan ronde berikutnya. Tubuhku dibalikkan telungkup
diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai,
otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya.
Sambil
meremas pantatku Pak Qadar mendorongkan penisnya itu ke vaginaku.
“Uuhh…nggghhh…!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir
kemaluanku. Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan
dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan
dan bergesekan di meja kerjanya. Pak Qadar menggenjotku semakin cepat,
dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini.
Sebisa mungkin diriku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi
tetap saja sesekali diriku menjerit kalau sodokannya keras. Mulutku
mengap-mengap dan mataku menatap dengan pandangan kosong pada foto
beliau dengan istrinya yang dipajang di sana. Beberapa menit kemudian
Pak Qadar menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku
yang tadinya menempel dimeja kini menggantung bebas. Dengan begitu
tangannya bisa menggerayangi payudaraku. Pak Qadar kemudian mengajak
ganti posisi, digandengnya tanganku menuju sofa. Pak Qadar menjatuhkan
pantatnya disana, namun Pak Qadar mencegahku ketika diriku mau duduk,
disuruhnya diriku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di
depan wajahnya. “Bentar yah Dik, bapak bersihin dulu punyamu ini”
katanya seraya menempelkan mulutnya pada kerimbunan bulu-bulu
kemaluanku. “Sslluurrpp….sshhrrp” dijilatinya kemaluanku yang basah itu,
cairan orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu.
Diriku
mendesis dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya.
Vaginaku dihisapinya selama sepuluh menitan , setelah puas diriku
disuruhnya naik ke pangkuannya dengan posisi berhadapan. Kugenggam
penisnya dan kuarahkan ke lubangku, setelah rasanya pas kutekan badanku
ke bawah sehingga penis beliau tertancap pada vaginaku. Sedikit demi
sedikit diriku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa
hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalamku. 20 menit lamanya
kami berpacu dalam gaya demikian berlomba-lomba mencapai puncak.
Mulutnya tak henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan
wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku. Akupun
akhirnya tidak tahan lagi dengan memuncaknya rasa nikmat di
selangkanganku, gerak naik turunku semakin cepat sampai vaginaku kembali
mengeluarkan cukup banyak cairan orgasme yang membasahi penisnya dan
daerah selangkangan kami. Semakin lama goyanganku semakin lemah,
sehingga tinggal beliau saja yang masih menghentak-hentakkan tubuhku
yang sudah lemas di pangkuannya. Belakangan beliau melepaskanku juga dan
menyuruh menyelesaikannya dengan mulut saja. Diriku masih lemas dan
duduk bersimpuh di lantai di antara kedua kakinya, kugerakkan tangan
kananku meraih penisnya yang belum ejakulasi. Benda itu, juga
bulu-bulunya basah sekali oleh cairanku yang masih hangat. Diriku
membuka mulut dan mengulumnya. Seiring dengan tenagaku yang terkumpul
kembali kocokanku pun lebih cepat.
Hingga
akhirnya batang itu semakin berdenyut diiringi suara erangan parau
dari mulutnya. Sperma itu menyemprot langit-langit mulutku, disusul
semprotan berikutnya yang semakin mengisi mulutku, rasanya hangat dan
kental dengan aromanya yang familiar denganku. Inilah saatnya menjajal
teknik menyepongku, diriku berkonsentrasi menelan dan mengisapnya
berusaha agar cairan itu tidak terbuang setetespun. Setelah perjuangan
yang cukup berat akhirnya sempotannya makin mengecil dan akhirnya
berhenti sama sekali. Belum cukup puas, akupun menjilatinya sampai
bersih mengkilat, perlahan-lahan benda itu melunak kembali. Pak Qadar
bersandar pada sofa dengan nafas terengah-engah dan mengibas-ngibaskan
leher kemejanya. Setelah merasa segar kami kembali memakai pakaian
masing-masing. Pak Qadar memuji permainanku dan berjanji berusaha
membantuku mencari pemecahan masalah ini. Disuruhnya diriku besok
datang lagi pada jam yang sama untuk mendengar keputusannya. Ternyata
ketika besoknya diriku datang lagi keputusannya masih belum kuterima,
malahan diriku kembali digarapnya.
Rupanya Pak Qadar masih belum
puas dengan pelayananku. Dan besok lusanya yang kebetulan tanggal merah
diriku diajaknya ke sebuah hotel melati di daerah Tangerang. Disana
diriku digarapnya setengah hari dari pagi sampai sore, bahkan sempat
diriku dibuat pingsan sekali. Luar biasa memang daya tahannya untuk
seusianya walaupun dibantu oleh suplemen pria. Namun perjuanganku
tidaklah sia-sia, ketika sedang berendam bersama di bathtub Pak Qadar
memberitahukan bahwa diriku sudah diperbolehkan ikut dalam ujian.
“Kesananya berusaha sendiri yah Dik, jangan minta yang lebih lagi,
bapak sudah perjuangkan hal ini dalam rapat kemarin” katanya sambil
memencet putingku “Tenang aja Pak, saya juga tahu diri kok, yang
penting saya ga mau perjuangan saya selama ini sia-sia” jawabku dengan
tersenyum kecil Akhirnya akupun lulus dalam mata kuliah itu walaupun
dengan nilai B karena UAS-nya lumayan sulit, lumayanlah daripada tidak
lulus. Dan dari sini pula diriku belajar bahwa terkadang perjuangan itu
perlu pengorbanan apa saja.
Join Facebook dan Follow Twitter Kami
Judul : Cerita sex - Dosen dengan Mahasiswi
Deskripsi : Artikel ini menginformasikan tentang Cerita sex - Dosen dengan Mahasiswi secara lengkap dan detail.